APA SIH AYAM PETELUR ITU ???

BELAJAR TENTANG AYAM PETELUR

ANGGOTA KELOMPOK
1. Arga Gumilhang H0518012
2. Richo Imana H0518074
3. Risky Diah C. H0518077
4. Thoriq Aldri B. H0518091
5. Wiwik WIjayanti H0518098

Ayam petelur merupakan ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam petelur adalah dari ayam hutan yang telah didomestikasi dan diseleksi sehingga bertelur cukup banyak. Arah seleksi ayam hutan ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam petelur putih dan ayam petelur cokelat. Ayam petelur yang sangat efisien untuk menghasilkan telur dan mulai bertelur umur ± 5 bulan dengan jumlah telur 250 butir setiap tahun. (Muhamad, 2008).
Tipe ayam petelur ada dua, yaitu tipe ringan dan tipe sedang. Ayam tipe ringan khusus di kembangkan untuk bertelur saja. Ciri ayam tersebut badan ramping, kecil, mata bersinar, dan bercengger merah darah. Ayam tipe ini di pelihara untuk di ambil telurnya sehingga bentuk ayam ini relatif kecil apabila di bandingkan dengan ayam tipe medium. Ayam tipe medium di kembangkan untuk produksi telur dan di ambil dagingnya sehingga ayam ini memiliki bobot badan lebih berat dari pada ayam tipe ringan (Rasyaf, 1994). 
Ayam petelur memiliki sifat nervous (mudah terkejut ), bentuk tubuh ramping, cuping telinga berwarna putih, produksi telur tinggi (200 butir / ekor / tahun ), efisien dalam pengunaan ransum untuk membentuk telur, tidak memiliki sifat mengengram (Sudarmono, 2003).

STRAIN-STRAIN AYAM PETELUR

1. Ross Brown

Ross Brown merupakan strain ayam petelur yang diciptakan di Inggris pada tahun 1972. Perusahaan pembibitan di Indonesia yang mengembangkan ayam petelur strain Ross Brown yaitu PT.Cibadak Indah Sari Farm. Ciri-ciri strain ini antara lain berbulu coklat, produksi rata-rata telur 270 butir, koversi ransum 2,0 kg/dosis telur.

2. Hysex Brown


Dikembangkan oleh PT. Ayam Manggis Indonesia. Strain ayam petelur ini memiliki bulu berwarna coklat, produksi rata-rata telur 272 butir, konversi ransum 1,98 kg/dosin telur.

3. Lohmann Brown


Lohmann Brown merupakan strain ayam petelur yang diproduksi oleh Multibreeder Adirama Indonesia. Kebanyakan ayam ini memiliki bulu berwarna cokelat seperti caramel, dengan bulu putih di sekitar leher dan di ujung ekor. Ayam ini mulai dapat bertelur pada umur 18 minggu, menghasilkan 1 butir telur per hari, dapat bertelur sampai 300 butir pertahun dan biasanya bertelur pada saat pagi atau sore hari. Kebanyakan orang akan memelihara ayam ini pada fase grower atau fase dimana ayam ini akan mulai berproduksi.

4. Isa Brown


Strain ayam petelur Isa Brown dikembangkan oleh PT. ISA Inkud Breeder/PT Cargill Indonesia. Ayam Isa Brown merupakan strain ayam ras yang diciptakan di Inggris pada 1972. Ayam petelur Isa Brown merupakan jenis ayam hasil persilangan antara ayam rhode island whites dan rhode island reds Isa brown termasuk ayam petelur tipe medium yang memiliki produktivitas yang cukup tinggi.

5. Hubbard Golden Comet


Dikembangkan oleh PT. Cipendawa Farm Enterprise/ PT. Wonokoyo. Memiliki ciri-ciri antara lain berbulu coklat, produksi rata-rata telur 260 butir, konversi ransum 1,24-1,3 kg/dosin telur.


DAFTAR PUSTAKA

Rasyaf (1994) menyatakan force molting merupakan tindakan merontokkan bulu dengan menghentikan produksi telur yang waktunya diatur oleh manusia. bahwa ditinjau dari segi ekonomi force molting cukup dapat memperpanjang produksi telur, sehingga mampu mendayagunakan ayam petelur yang sudah waktunya memasuki masa afkir.
Rasyaf, 1993. Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur. Kanisius. Yogyakarta.
Sudarmono, A. S., 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Petelur. Kanisius. Yogyakarta.
Abidin, Z. 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Petelur. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Alif, S. M. 2010. Kiat Sukses Beternak Ayam Petelur. Biogenesis, Yogyakarta

Komentar